April 2025 jadi bulan yang tidak akan pernah saya lupakan. Setelah sekian lama berkecimpung di dunia hospitality, akhirnya saya resmi pindah ke dunia manufaktur. Keputusan ini bukan sesuatu yang muncul tiba-tiba, melainkan hasil dari perjalanan panjang, penuh keraguan, pencarian, dan akhirnya keberanian untuk mengambil langkah besar. Di tulisan kali ini, saya akan sedikit menceritakan perjalanan dari dunia hospitality ke manufaktur yang saya lalui. Dan juga beberapa tips untuk mereka yang akan pindah industri.
Awal dari Sebuah Ajakan
Cerita ini sebenarnya dimulai dari seorang sahabat baik saya. Kami pernah bekerja bersama di sebuah hotel, dan dari sanalah hubungan kami terjalin erat.
Beliaulah yang pertama kali mengajak saya untuk mempertimbangkan masuk ke industri manufaktur. Awalnya saya ragu besar. Saya bahkan sempat berpikir: “Kenapa harus saya? Saya kan bukan orang manufaktur. Latar belakang saya hospitality.”
Tentunya beliau memiliki alasan tersendiri untuk mengajak saya. Karena beliau juga merupakan “alumni” sebuah hotel meski dengan pengalaman lama di manufaktur, saya mendengarkan bagaimana beliau membandingkan antara hospitality dan manufaktur. Dan bagaimana beliau tidak ingin kembali ke dunia hospitality. Ceritanya saya dengarkan dengan serius. Dari pengalaman beliau, saya mulai melihat bahwa manufaktur bukan sekadar tentang mesin dan produksi, tapi juga tentang sistem, efisiensi, dan leadership—sesuatu yang sebenarnya bisa saya bawa dari pengalaman saya di hotel. Tentunya saya tertarik, apalagi di dunia manufaktur, saya bisa membagikan waktu yang lebih banyak untuk keluarga dan tentunya benefit yang lebih tinggi. hehe. 🤣 Sesuatu yang tidak bisa saya dapatkan ketika bekerja di dunia hospitality.
Setahun Menunda untuk Belajar
Sejujurnya, tawaran itu datang jauh sebelum April 2025. Bahkan LOI sudah turun sejak tahun 2024. Tapi saya tidak langsung bisa bergabung. Selain karena masih ada komitmen yang perlu saya tepati di tempat sebelumnya, saya juga butuh waktu lebih dari satu tahun untuk benar-benar meyakinkan diri sendiri.
Selama masa menunda itu, saya belajar banyak hal, yang meski baru sekedar theory, mudah-mudahan menjadi pemahaman awal tentang dunia manufaktur:
- Membaca dan memahami tentang proses manufaktur.
- Mengenal KPI manufaktur: produktivitas, efisiensi, tingkat reject, hingga OEE (Overall Equipment Effectiveness). Kapan-kapan saya akan tuliskan tentang hal ini.
- Menyusun SWOT analysis, menimbangkan jika saya pindah dari hospitality ke manufaktur, lalu membandingkannya antara dunia hospitality dan manufaktur berdasarkan informasi yang saya dapatkan dari teman-teman saya yang sudah lebih dahulu pindah.
- Lalu SWOT analysis pribadi, apa skill dan knowledge yang akan menjadi kelemahan yang harus saya tutupi, dan apa yang sudah menjadi strength atau kekuatan saya.
Langkah-langkah ini membuat saya lebih siap, meski tetap ada rasa takut ketika harus benar-benar melangkah.
Adaptasi Cepat di Dunia Baru
Saat akhirnya resmi masuk ke dunia manufaktur, saya langsung merasakan tantangan yang nyata. Posisi yang saya emban bukan posisi biasa—tanggung jawabnya strategis, penuh amanah, dan menuntut adaptasi yang cepat.
Di hari-hari awal, sebagian besar waktu kerja saya habiskan untuk mendengarkan berbagai kendala di lapangan. Saya menyerap cerita dari tim, memahami masalah yang mereka hadapi, dan mencari pola dari setiap permasalahan yang muncul.
Di luar itu, saya juga banyak belajar secara mandiri melalui media online, membaca artikel, menonton video, dan mempelajari best practice manufaktur dari berbagai sumber. Saya juga bersyukur, diberikan kesempatan oleh perusahaan untuk mengikuti pelatihan dan sertifikasi bahkan sebelum saya masuk. Sehingga menambahkan pengetahuan saya tentang dunia manufaktur.
Karena posisi saya cukup strategis, saya tidak bisa mengambil keputusan sembarangan. Semua keputusan di awal dilakukan dengan sangat hati-hati—melalui kajian mendalam, diskusi dengan banyak orang, dan pengumpulan informasi yang lebih holistik. Bahkan saya menyertakan direksi di keputusan-keputusan. Dengan cara itu, saya bisa memastikan setiap langkah yang diambil tidak hanya tepat sasaran, tapi juga bisa diterima seluruh tim.
No Turning Point
Akhirnya saya sampai pada satu kesimpulan: tidak ada jalan kembali. Kalau saya mau masuk ke manufaktur, berarti masa depan saya di hospitality selesai. Itu menakutkan, tapi juga sekaligus melegakan.
Hospitality memberi saya bekal tentang service, people management, dan komunikasi. Tapi manufaktur memberi ruang untuk belajar hal-hal baru: sistem kerja yang terukur, data, dan efisiensi.
Itulah turning point saya. Saya memilih untuk menjawab ajakan sahabat saya dengan langkah pasti.
Tips Buat Kamu yang Ingin Pindah Industri
Kalau kamu juga lagi mempertimbangkan pindah industri, ini beberapa tips dari pengalaman pribadi saya:
- Jangan buru-buru. Gunakan waktu untuk riset. Semakin banyak informasi, semakin mantap langkahmu.
- Kenali bahasa industrinya. Pahami KPI, proses, dan istilah teknis di industri baru.
- Siapkan mental no turning back. Begitu masuk, jangan setengah hati.
- Manfaatkan transferable skills. Sebagian yang kamu pelajari di industri lama tetap bisa dipakai di industri baru.
- Bangun network baru. Punya teman atau mentor dalam industri baru itu sangat berharga, karena kita dapat bertukar pikir dengan orang yang sudah lebih dahulu memasuki industri ini.
Penutup
Perjalanan saya dari hospitality ke manufaktur adalah cerita tentang sahabat, kesempatan, dan keberanian. Kalau bukan karena ajakan seorang teman lama yang saya percaya, mungkin saya tidak akan pernah berani melangkah keluar dari dunia hotel.
Tantangan di awal memang tidak mudah, terutama dengan amanah yang strategis. Tapi justru dari situlah saya belajar bahwa adaptasi cepat, mendengarkan orang lain, dan mengambil keputusan dengan kajian mendalam adalah kunci untuk bertahan dan berkembang.
Hari ini saya bersyukur sudah mengambil keputusan itu. Dunia manufaktur bukan hanya tantangan, tapi juga ruang baru untuk tumbuh, belajar, dan membuktikan bahwa transisi karier itu selalu mungkin—asal kita siap untuk berjuang.
Baca juga: Memahami Power Interest Grid
Let’s get connected on LinkedIn!
Welcome to my Personal Blog! I’m a professional with over a decade of experience in the hospitality industry—managing operations, leading cross-functional teams, and leveraging technology to drive business effectiveness—and I’m now embarking on a new journey in the manufacturing sector. With certifications in Finance, HR, and management, I share insights on leadership, management, hospitality, and technology. This blog is my space to learn, exchange ideas, and connect with professionals and readers who share the same passion for growth and continuous improvement.
Lets get in touch! Click https://www.linkedin.com/in/fetrian-amnur/
Salam kenal
selamat di dunia baru yaitu manufaktur
1. sebuah pilihan yg mungkin silit yg harus di tempuh dari zona yg lama di zona yg baru itu adalah proses pilihan yg harus di hadapi karena pilihan itu membuka proses masa depan
2. selamat bertugas pak fetrian
3. semoga tambah sukses
Salam kenal pak Subhan. Betul sekali pak. Terima kasih sudah berkenan mampir di blog saya.